Sejarah Dunia Yang Terlupa
Tidak selesai sampai disitu, kaum
Yahudi terus berkonsolidasi. Di masa pemerintahan Kaisar Hadrianus, kaum Yahudi
menemukan diri mereka kembali terdzalimi, agama mereka tidak boleh dipraktekkan,
lalu mereka menduga bahwa Kaisar Hadrian akan membuat kuil buat Dewa Jupiter
diatas reruntuhan Haikal Sulaiman yang telah dihancurkan pada 70 M, maka
pecahlah pemberontakan Bar Kokhba pada 132 M yang diselesaikan oleh Kaisar
Hadrian pada 135 M.
580.000 orang Yahudi terbunuh
dalam penuntasan pemberontakan ini, 50 kota benteng dan 985 desa diratakan
dengan tanah. Ini peristiwa penting bagi sejarah Yahudi . Sebab dari sinilah
kaum Yahudi berpencar ke seluruh dunia, yang dikenal dengan diaspora. Peristiwa
ini kelak akan diceritakan turun temurun, diingat oleh generasi demi generasi,
dendam yang akan dibalaskan kepada dunia pada waktunya, dengan kekejaman yang
melebihi semua yang pernah diingat oleh manusia.
Kota itu diganti namanya oleh
Kaisar Hadrian menjadi Aelia Capitolina, dan daerah Kerajaan Yehuda, yaitu
Yudea diganti namanya menjadi Syria-Palaestina, untuk memberikan wajah baru
bagi kota yang kini dikuasai penuh oleh Romawi, Yahudi tidak boleh memasuki
kota ini kecuali setahun sekali saat mereka merayakan hari raya Tisha B’Av.
Selanjutnya, kaum Yahudi ini
menyebar ke segala penjuru dengan Laut Mediterania sebagai medium
penyebarannya. Mereka hidup dan tinggal di masa Imperium Romawi, yang karena
kedzaliman Romawi di satu sisi, juga karena keserakahan kaumnya disisi yang
lain, kaum Yahudi ini selalu mendapatkan masalah.
Disisi lain, ketika Kaisar
Konstantin dari Byzantium berkuasa, ia lalu menjadikan Yerusalem yang awalnya
ibukota Kerajaan Yehuda, menjadi ibukota bagi penganut Kristen, agama yang baru
saja diresmikan sebagai agama negara melalui Konsili Nicea pada 325 M. Maka
wajah Yerusalem berubah, sebab Romawi banyak mengusir Yahudi di kota itu
sehingga seolah-olah yang tinggal disana hanya orang Kristen. Dibangunlah
monumen-monumen penting Kekristenan seperti Gereja Makam Suci.
Yerusalem jatuh ke tangan Persia
pada 614 M dengan bantuan Yahudi, sejarah mencatat pembantaian banyak orang
Kristen pada saat itu, seolah pembalasan dendam, ikon-ikon Kristen dihancurkan,
sampai pada tahun 629 M Kaisar Heraklius berhasil merebut kembali Yerusalem dan
mengembalikan Salib Suci ke Gereja Makam Kudus.
Saat Nabi Muhammad saw lahir pada
570 M, kaum Yahudi juga sudah menyebar di pemukiman-pemukiman orang Arab, di
Madinah setidaknya ada Yahudi Bani Nadhir, Bani Quraizhah, dan Bani Qainuqa.
Yahudi terus menerus memprovokasi kaum Muslim, memunculkan makar untuk
mengganggu kaum Muslim, sampai akhirnya Rasulullah saw mengusir mereka secara
permanen dari Haramain.
Orang Arab mengenalnya dengan
nama Iliyya, tapi Yahudi masih menyebutnya dengan Yerusalem. Rasulullah
kemudian mengenalkan nama baru bagi tempat ini, yakni Baitul Maqdis. Disana
terdapat Masjidil Aqsha, tempat Rasulullah melakukan perjalanan malam. Sebagai
kiblat pertama kaum Muslim saat shalat, tempat ini sudah berada di hati mereka
yang beriman.
Pada masa Khalifah Umar bin Khaththab,
kota ini dikepung oleh Abu Ubaidah selama 6 bulan, dan akhirnya Patrik
Sophronius setuju untuk menyerahkan kunci, asalkan kepada Khalifah Umar bin
Khaththab. Tahun 637 Umar menerima kunci ini dari Patrik Sophronius, sekaligus
menandai perpindahan status tanah ini dari dikuasai oleh Romawi, menjadi dalam
kekuasaan kaum Muslim.
Umar memberikan jaminan bagi
penduduk Kristen yang ada disana, juga mencabut larangan berkunjung bagi Yahudi
yang sebelumnya hanya diperbolehkan setahun sekali mengunjungi Yerusalem. Umar
kemudian menata ulang kompleks Al-Aqsha yang juga menjadi posisi Haikal
Sulaiman, dan menjamin semua manusia bebas beribadah di dalamnya sesuai
keyakinan masing-masing.
Begitulah Islam memberikan
ketenangan pada Yerusalem, yang lalu lebih populer dengan Baitul Maqdis.
Ketenangan menyelimuti kota para Nabi itu untuk beratus-ratus tahun lamanya
dalam pimpinan Islam dan kaum Muslim.
Tak jauh dari sana, Turki Saljuk,
pasukan Muslim yang mulai dikenal di Anatolia diserang oleh Kaisar Romanos IV
Diogenes di Manzikert pada 1071 M. Pasukan Romawi harus mengakui keunggulan
strategi Sultan Alp Arslan yang memimpin pasukan hanya setengah dari jumlah
pasukan Romawi, Kaisar ditawan, lalu dikembalikan ke Konstantinopel dalam
keadaan terhina, dikawal dengan bendera tauhid.
Kejadian ini kelak akan memicu
Perang Salib yang diserukan di Italia. Pada 1099 M, Yerusalem kemudian dikuasai
oleh kaum Kristen, penduduk Muslim dan Yahudi pun tak luput dari pembantaian.
1187 M Salahuddin Al-Ayyubi membebaskan kota ini kembali ke tangan kaum Muslim,
dan tetap mengizinkan Yahudi dan Kristen tetap berada di kota bersama-sama
dengan kaum Muslim.
Demikian dari masa Khulafaur
Rasyidin, berganti ke Khilafah Umayyah, Khilafah Abbasiyyah, sampai dengan
Khilafah Utsmaniyyah, kaum Muslim mendapatkan amanah yang sangat besar untuk
menjaga kota yang mulia ini.
Di masa kekuasaan Islam, Yahudi
diperlakukan dengan baik walau mereka tak henti membuat makar untuk menjatuhkan
kaum Muslim, mereka dilindungi di negeri-negeri kaum Muslimin, walau di Eropa,
mereka seringkali diusir dari tempat mereka tinggal, tersebab kaum Yahudi ini
adalah kaum yang memang sangat eksklusif dan membuat masalah kemanapun pergi.
Di awal-awal Islam saja,
Rasulullah sudah banyak menghadapi makar Yahudi, yang paling besar tentu saja
saat Perang Ahzab. Tidak selesai sampai disitu, Yahudi menanamkan agen-agennya
diantara kaum Muslim yang menyebabkan terbunuhnya Khalifah Umar, lalu mengadu
kaum Muslim dan menimbulkan perpecahan diantara mereka hingga terbunuhnya
Khalifah Utsman dan Khalifah Ali bin Abu Thalib.
Yahudi terus membuat masalah
kemanapun berada, bayangkan saja, dari tahun 250 – 1948 M, lebih dari 80 kasus
pengusiran dan anti-Yahudi terjadi di belahan Eropa, meliputi Inggris, Prancis,
Austria, Jerman, Lithuania, Spanyol, Portugal, Bohemia, Moravia, dan 71 negara
lainnya.
Dalam Al-Qur’an, Allah memberi
beberapa contoh keburukan kaum Yahudi ini, yakni keras hati, dzalim dan fasik,
membunuhi para Nabi, bersikap lancang dan kurang ajar kepada Allah dan para
Nabi, melanggar perjanjian, membangkang, menyembunyikan kebenaran, munafik,
senang kemewahan, serakah, sombong dan memandang rendah manusia selain mereka,
melakukan kerusakan di muka bumi, dan pengecut.
Begitulah manusia manapun tidak
akan tahan dengan sifat yang semisal ini. Namun dilain sisi kaum Yahudi juga
pekerja keras, pintar dan bersatu diantara mereka, hingga mereka mampu
menguasai porsi yang besar dari kekuatan finansial, hingga mereka memiliki daya
tawar yang sangat besar di dunia.
Sumber : pixabay.com |
Al-Qur’an dan Al-Hadits juga
terbukti benar, bahwa kaum Yahudi ini sangat tidak ridha dengan kaum Muslim,
dan melakukan apapun untuk menghancurkan kaum Muslim, salah satunya dengan
terlibat aktif dalam studi Orientalisme yang dumulai pada abag ke-14, sebagai
bagian dari perang pemikiran untuk mencari kelemahan kaum Muslim lalu
menghancurkan kaum Muslim dari situ.
Maka mereka mendapatkan
racun-racun yang bisa mereka susupkan pada kaum Muslim, dan memulai pembusukan
dari dalam. Mereka memberikan racun pemikiran liberalisme, kritik pada
autensitas Al-Qur’an dan Al-Hadits, ilmu kalam, menanamkan kebanggaan
ashabiyyah termasuk di dalamnya nasionalisme, serta banyak hal lainnya.
Perang pemikiran ini berhasil,
kaum Muslim menjadi melemah, dan Khilafah Islam yang merupakan kesatuan Islam
di masa itu mulai rapuh, disebabkan ada usaha pemberontakan dan memisahkan diri
dari tubuh yang satu akibat racun sukuisme dan nasionalisme. Belum lagi karena
kelemahan internal kaum Muslim yang memang saat itu sudah jumud dan justru
tercengang dengan kemajuan barat sejak Rennaisance, semuanya menyebabkan
Khilafah Islam Utsmani yang berpusat di Istanbul seolah seperti orang sakit,
Sick Man of Europe.
Posting Komentar
Posting Komentar